Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu…
Bismillah..
Wanita itu bernama Rukaiyah… wajahnya tidak begitu cantik
namun basuhan air wudhu yang selalu membasahi membuat dia tampak
bersahaja. Ditambah kelembutan akhlaknya yang dipelajarinya dari
kisah-kisah para Radiallahu’anha membuat perilakunya lembut tetapi tidak
lemah. Alqur’an dan Hadits telah menjadi pedoman mutlak baginya
semenjak Ia duduk di bangku SMA dan sering mengikuti kajian-kajian
tentang Islam.
Meskipun dia tidak bersekolah di sekolah yang bernotabenkan Islam
namun pendiriannya terhadap agama yang di anutnya begitu kuat sehingga
tidak terpengaruh dengan gaya hidup teman-temannya yang sebaya
dengannya. Dia tidak berpacaran bahkan membayangkan untuk berpacaran pun
tidak pernah sehingga banyak teman-teman di sekitarnya yang berkata
“Wajah sudah jauh dari cantik, kalau pacar aja gak punya mana mungkin
akan punya suami” namun dia tidak menghiraukan hal itu karena dia tidak
meragu akan janji Allah bahwa wanita baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik-baik dan wanita yang buruk akan mendapatkan lelaki yang buruk pula. Untuk itulah dia selalu berusaha menjadi wanita yang baik yang senantiasa membalutkan aturan islam dalam dirinya agar suatu ketika janji Allah itu datang padanya.
Ketika duduk di bangku kuliah dia aktif di Lembaga Da’wah Kampus (LDK) turut berpartisipasi dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran demi menguatkan peradaban Islam di tengah kezoliman ini.
Kini usianya sudah mendekati kepala tiga namun jodoh tak datang jua.
Dia telah berusaha dan menyerahkan semuanya pada Allah namun mungkin
belum terkabulkan do’anya. Dia tetap sabar meskipun tetangga dan
teman-temannya selalu menertawainya. Bahkan kata salah seorang ibu yang
minim pengetahuan agamanya. “Ini adalah akibat dari tidak membuka diri
pada lelaki (Maksudnya berpacaran)” bahkan ada yang berkata wajahnya
jelek tapi sok mahal. ia dapat memaklumi segala apa yang dikatakan
orang-orang itu sebab dia tahu sekarang sunnah telah menjadi asing di mata mereka.
Namun apa hendak dikata, kesabarannya membuahkan hasil yang indah. Dipenghujung usianya itu datang seorang lelaki tampan dan juga sholeh. Lelaki itu bernama Dikky. Pemuda tampan dengan wajah yang berseri kerna selalu terbasuhkan Wudhu dan sangat menyayangi wanita.
Dia adalah teman Rukaiyah ketika di LDK dahulu. Dialah pemuda yang
dijanjikan Allah pada Rukaiyah karena telah yakin akan janji-Nya.
Pemuda itu menyayanginya dengan penuh ketulusan. Dia tidak pernah mau
melihat airmata di pipi Rukaiyah karena dia tidak ingin melihat
istrinya bersedih. Dan selalu berusaha untuk membahagiakannya. Sebagai
suami dia sangat bertanggungjawab terhadap segala kebutuhan istrinya
tersebut (keluarganya).
Sebagai Istri, Rukaiyah pun tahu akan kewajibannya. Dia melayani
segala kebutuhan suami dengan sepenuh hati tanpa ada kata-kata resah
dalam setiap lelahnya. Semua itu dilakukanolehnya semata karena cintanya
pada Allah dan ketaatannya pada suami.
Rumahtangga kecil yang baru dibina mereka itu merupakan jawaban Allah
dari apa yang selama ini dikeluhkan mereka disetiap penghujung malam
disaat orang-orang terlelap. Dan kini mereka berdua pun dipertemukan
dalam ikatan cinta yang suci meskipun ketika di LDK dahulu mereka tidak saling memiliki rasa dan tak terbayangkan bahwa akan dipertemukan Allah dalam jalinan cinta suci ini. Mereka pun saling menerima kekurangan masing-masing.
Ketika sang suami sedang berada dalam keterpurukan dia tetap setia
menemani dan menjadi penyemangat sang suami. Dia tetap sabar menerima
segala bentuk kekurangan suaminya. Dia tidak pernah berharap sesuatu
yang lebih dari suami karena dia sadar akan keterbatasan suaminya. Hal
inilah yang membuat keluarga mereka sangat bahagia.
Namun kebahagiaan itu pun masih di uji.. Belum cukup setahun setelah
pernikahan sang suami harus meninggalkannya karena akan diberangkatkan
ke Palestina selama beberapa bulan oleh Organisasinya yang merupakan
salah satu Gerakan Kemanusiaan bergerak di bidang kesehatan dan sosial untuk menolong saudara-saudaranya yang terzolimi haknya dan membutuhkan bantuan disana.
Rukaiyah sudah merasakan kesedihan yang teramat sangat saat mendengar
suaminya akan berangkat ke negara yang terjajah itu. Entah kenapa
airmatanya terus mengalir semenjak saat itu namun diasering
menyembunyikannya dari sang suami. Sampai pada suatu ketika sehari
sebelum hari diamana Dikky suaminya akan berangkat. Suaminya
mendapatinya sedang mengupas bawang di pagi hari saat hendak menyiapkan
sarapan Nasi Goreng kesukaan sang suami yang dikala itu diketahuinya
sedang shalat dhuha.
“Kenapa kamu menangis ya zaujatie..” Tanya sang suami seusai shalat Dhuha dan menemui istrinya di dapur.
Rukaiyah tidak dapat memungkiri bahwa sesungguhnya dia takut suaminya
takkan kembali lagi ketika pergi nanti. Sang suami yang begitu
menyaynginya dan tidak tega melihat airmata dipipi sang istri itu pun
mengusap airmatanya lalu menegarkannya.
“Jalan da’wah telah memanggilku ya Zaujatie.. sungguh, sulit untukaku meninggalkanmu namun sulit pula
untuk aku tinggalkan saudara kita yang membutuhkan tenaga kita disana.
Jika engkau tidak mengijinkan,aku tidak akan pergi ya Zaujatie…”
Sang istri pun menundukkan wajahnya dengan airmata yang terusmengalir ia berkata:
“Jika itu adalah bukti dari cintamu pada Allah lebih besar daripada
cintamu padaku, Aku Ridho kepergianmu. Tapi entah mengapa aku hanya
terus merasa sedih”
“Ya Zaujatie ya.. Jika Allah mengijinkan aku akan kembali namun jika tidak, aku kan menunggumu di Jannah-Nya nanti.”
Suaminya lalu memeluknya seraya berkata:
“Walillahi.. Ana Uhibbuki Filla ya Zaujatie..”
Besoknya ketika sang suami hendak berangkat di hantarkannya hingga ke beranda rumah.
Doa serta senyuman penyemangat tak lupa ia berikan pada sang suami. Dia
mencium tangan sang suami lalu suaminya pun membalas dengan sebuah
kecupan tulus di keningnya..
“Aku titipkan Alqur’an sebagai teman bagimu untuk engkau bacakan di
saat engkau sedang dalam kesepian. Dan Allah akan menjadi pelindung
bagimu disaat engkau sedang dalam ketakutan.” Ucap sang suami seraya
berlalu meninggalkannya.. Ikhlaskan aku pergi…Assalamu’alaykum….
Dia pun menjawab salam sang suami lalu menatapnya hingga jauh. Sang suamipun membalikkan badan
lalu menatap istrinya yang masih berada diberanda itu. Rukaiyah pun
tersenyum mengangguk memastikan pada sang suami bahwa dia benar-benar
ridho sehingga tak ada lagi keraguan dihati suami untuk pergi ke medan
juang.
Ketika pergi suaminya tak lupa meninggalkan uang yang Insya Allah lebih dari cukup hinga dia kembali nanti.
Hampir setiap malam Rukaiyah senantiasa menangis mengeluh pada Allah
mendoa’kan suaminya yang berada nan jauh disana. Dia mampu menjaga
kehormatandan harta suaminya.
Selang beberapa hari setelah suaminya pergi ia merasa selalu
mual.Lalu ia pun memeriksa ke dokter dan ternyata dia posstive tengah
Hamil. Berita gembira itu pun segera di kabarkan pada suaminya yang
sangat di cintainya itu melalui telekomunikasi.
Sungguh Dikky sangat bahagia mendengar berita itu. Apalagi saat istrinya berkata “Mas, aku sedang mengandung anak Mas.”
“Aku sebentar lagi akan menjadi papa Rid..” Kata Dikky pada Ridho sahabatnya yang sama-sama berada di Palestina.
Ridho pun turut memberikan senyum bahagia saat melihat pancaran kebahagiaan dari wajah sahabatnya itu.
“Aku bentar lagi jadi Bapak, lalu antum kapan ya akhie??” Tanya Dikky bercanda.
“Ana pasrah pada Allah Sajalah.. Untuk apa memetik kurma yang masih
melekat di tangkai, tho kalau matang juga bakalan jatuh sendiri
kok.”Cakap Ridho.
“Iya, Pasrah sih pasrah.. tapi harus kudu usaha juga boy.. Tawakkal
pada Allah itu bukan berarti tanpa usaha lho.. Harus usaha tapi dengan
batasan yang shar’i.
“Okhay ya Zamilie.. sepulang dari sini nanti bakal ana usahain ngelamar semua akhwat.” Canda Ridho.
Hari itu adalah hari yang paling bahagia bagi Dikky karena menjadi
ayah adalah impiannya selama ini. Namun pada hari itu juga Ia dipanggil
oleh sang Khalik ketika sebuah tembakan meleset ke dadanya saat hendak
menolong salah seorang warga sipil yang terjebak di sebuah bangunan.
Darah pun mengalir di sekujur tubuhnya… dia masih bisa berbicara sedikit
saat di bawa ke Pos Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Air mata Ridho
tak sanggup menahan saat melihat apa yang terjadi pada sahabatnya. Baru
saja tadi mereka tersenyum bersama dan sekarang sahabatnya tersebut
seperti ini.
Ridho lalu memegang kedua tangannya lalu Dikky menyampaikan sesuatu padanya sebelum Ia menghembuskan nafas terakhirnya.
“Tolong jikalau antum pulang nanti, sampaikanlah salamku pada istriku
bahwa aku mencintainya. Besarkanlah anakku dengan Islam. Biarkan
Alqur’an dan Hadits mengalir menyatu dalam jiwanya agar dia takut pada
Allah dan menjalankan sunnah Rosulnya. Katakan padanya kita akan bertemu
di syurga nanti.”
Ridho menggangguk dengan penuh airmata. Dia tak kuasa menahan keharuan itu.
“Asyhadualla Ilaaha Illallah Wa Asyhaduanna Muhammadarrosulullah…” Berpulanglah Ia dengan tersenyum..
Segala sesuatu yang ada di bumi ini akan kembali pada Allah…
Hari itu bayangan wajah sang suami terus menghampiri Rukaiyah.. Ia
tak tahu kenapa dia merasakan rindu yang teramat sangat setelah
menyampaikan berita gembira pada sang suami tadi. Lalu kabar tentang
kematian suaminya pun di kabarkan oleh Ridho sahabat suaminya.
Ia menangis mengikhlaskan kepergian suaminya itu. Mencoba untuk tetap
tegar karna semua telah digariskan-Nya. Dia akan tetap sabar menghadapi
semua ini dan benar-benar meridhoi keputusan Allah yang menimpanya
tersebut. Dia yakin semua akan ada hikmahnya. Ini juga sebuah bukti
bahwa cintanya pada Allah lebih besar daripada cintanya terhadap apapun
meskipun sesekali sering ada rasa rindu pada suaminya. Lelaki sholeh
yang dicintainya semata karena Allah.
Sungguh sulit jika ada wanita yang bisa seperti Rukaiyah.. Yang
mencintai suaminya semata karena Allah. Dan kini telah menjadi Syuhada
yang syahid di jalan Allah.
“Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari kisah yang sedikit ini.”
Seindah apapun kisah yang ana tuliskan lebih indah lagi kisa para shahabat wa Shahabyyah..
kompas.com Kisah Pengorbanan Sang Bidadari
http://heniputra.com/kisah-pengorbanan-sang-bidadari.html/